RSS feed

Super Junior Blogger Header 1 Pictures, Images and Photos

Jumat, 16 Desember 2011

7 Years of Love

this is my second fanfiction.



7 Years of Love

Cinta kan menuntunmu pada takdir yang telah digariskan Tuhan. Entah hari ini, besok, atau mungkin lusa, takdir itu pasti kan datang. Hanya dengan percaya kau akan menemukannya, takdirmu!

ooOOOoo

Kulangkahkan kakiku menyusuri jalanan ramai Seoul sore hari ini. Salju sepertinya akan segera turun. Namun aku masih belum beranjak dari sini. Entah sebenarnya apa yang kulakukan disini, hanya berjalan-jalan disepanjang jalan ini.

“Riri~ya,” tiba-tiba seseorang memanggilku dari arah belakang. Sepertinya suara orang itu sangat familiar ditelingaku. Aku berbalik mencari si pemilik suara itu, kudapati seorang namja tak jauh dari tempatku berdiri sedang melambaikan tangannya ke arahku.

“Kyu? Sedang apa disini?” tanyaku sambil berlari kecil kearahnya. Itu Cho Kyuhyun, teman sekelasku di sekolah. Ia hanya tersenyum. Ehm, kalau kulihat-lihat sepertinya dia sedang bersama temannya.

“ah, aku sedang jalan-jalan saja dengan temanku,” jawabnya. “oh, ya. Kenalkan, ini temanku Lee Hyukjae hyung,” ia menarik seorang namja yang berdiri di dekatnya. “hyung, ini Ahn RiRi. Teman sekelasku,” katanya lagi.

“anyeong, cheoneun Hyukjae imnida,” namja itu tersenyum ramah.

“anyeong Hyukjae~ssi, cheoneun Riri imnida.”

“tak usah sekaku itu, panggil aku oppa,” lagi-lagi namja itu tersenyum manis kepadaku. Sepertinya dia tipe-tipe cassanova.

“ne, Hyukjae oppa,” kataku sambil tersenyum. Kulirik jam tanganku sekilas, “ah, sudah sore. Aku harus pulang sekarang, anyeong.” Aku segera meninggalkan kedua namja itu. Entahlah, tumben aku malas bertemu Kyuhyun. Mungkin karena dia sedang bersama temannya.

xXXXx

Kubuka lembar demi lembar sebuah buku yang berada didepanku. Buku yang sejak setahun lalu ku isi dengan cerita-cerita tentangnya, namja tampan bersuara emas yang selalu menghantui pikiranku. Entahlah, mungkin aku jatuh cinta padanya. Tapi aku tak tau, apa mungkin dia akan menjadi takdirku.

“Ring Ding Dong Ring Ding Dong Ring Diggy Ding Diggy Ding Ding Ding,” suara nyaring terdengar dari ponselku pertanda telpon masuk. Entah kenapa aku malas sekali mengangkatnya. Tapi ini sudah yang ketiga kalinya dia berbunyi. Akhirnya kuraih juga ponsel yang tergeletak diatas meja belajarku.

‘EviL Kyu’ nama yang tertera dilayar ponselku. Segera kutekan tombol terima. “yeoboseyo,” kataku pada seseorang diseberang telpon.

“hei, lama sekali sih mengangkat telponnya,” katanya marah-marah. “aku mau cerita sedikit denganmu, besok kutunggu ditempat biasa pulang sekolah. Ok?” cerocosnya ditelpon dan langsung memutuskan sambungannya. Ish, dasar namja menyebalkan! Kadang aku bingung sendiri, kenapa aku bisa tahan menjadi sahabatnya.

Kulanjutkan pekerjaan tak jelasku tadi. Sejenak aku terhenti, kulihat sebuah foto terselip diantaranya. Aku tersenyum sejenak melihat dua orang dalam foto itu. Dua orang yang sedang berdiri diantara guguran daun-daun dari pohon yang berada dibelakang mereka. Seorang yeoja dan seorang namja yang merangkul bahu yeoja disampingnya.

“kau membuatku tak pernah tenang menjalani hidup,” gumamku. Aku memang patut menyalahkannya, yang entah sejak kapan aku merasakan sesuatu yang berbeda saat dengannya. Walaupun sampai saat ini dia hanya menganggapku sahabat, tapi aku akan selalu menunggunya. Menunggu jika dia memang takdirku.

“johae,” gumamku saat kulihat tulisan dibalik fotonya. Aku tersenyum kecil. Masih terbaca jelas tulisan dengan tinta biru dibalik foto itu. ‘KyuRi couple’, semoga kita memang couple yang sesungguhnya.

xXXXx

Kubuka kedua mataku perlahan, kilauan cahaya matahari dari luar masuk melalui kisi-kisi jendelaku. Sejenak kuedarkan pandanganku ke seluruh penjuru kamar. Pandanganku terhenti pada sebuah jam dinding yang menggantung indah diatas pintu kamarku. Pukul 7.06. Omona, kelas dimulai 24 menit lagi. Bisa-bisa aku terlambat ke sekolah. Aku segera bersiap-siap dengan ekspress.

Aku melirik cermin sekilas, seorang yeoja manis dengan seragam Meirin Senior High School terpantul di cermin. Dengan sentuhan terakhir syal berwarna biru safir kueratkan dileherku. “emm, sempurna,” kataku sambil merapikan rambutku.

“aaaaaaaaa 8 menit lagi?” pekikku. Aku segera menyambar roti dimeja makan yang sudah disiapkan eomma. Untung saja rumahku tak begitu jauh jaraknya dari sekolah. Aku berlari secepat yang kubisa.

Untung saja aku masih selamat. Aku segera berlari menuju kelasku dilantai empat, cukuplah olahraga dipagi ini. Ah, seragamku berantakkan tak jelas begini lagi.

Kelasku sepertinya sudah sepi, mungkin Jung Soo Yeon Songsaenim sudah datang. Aduh, tamatlah riwayatku. “hei, sedang apa disini?” tiba-tiba ada yang menepuk pundakku dari belakang. Sumpah demi apapun rasanya jantungku mau loncat sekarang. Omona, jangan sampai Jung songsaenim menghukumku.

Aku berbalik kebelakang, “Yuri?” pekikku. Fiuh, untung saja bukan Jung songsaenim. “kau mengagetkanku saja. Tadi kupikir kau itu Jung songsaenim,” cercaku pada seorang yeoja yang memasang wajah innocentnya didepanku. Dia Sayuri, siswi blesteran Jepang yang sekelas denganku dan Kyuhyun.

“hehe, mian. Habisnya kau mengendap-ngendap sih, aku kan jadi penasaran,” katanya masih memasang wajah innocent. Ish, aku tak suka melihatnya seperti itu. “lagipula Jung songsaenim kan tidak masuk hari ini. Katanya sih sakit,” kata Yuri sambil berlalu dari hadapanku.

Aku pun segera masuk kedalam kelas. Kulihat bangku Kyuhyun masih kosong, mungkin hari ini dia tidak akan masuk kelas lagi. Seminggu terakhir ini dia lebih sering ikut pelajaran tambahan dengan Lee Jinki songsaenim. Maklum saja, dia akan segera mengikuti olimpiade matematika lagi. Lagi? Ya, ini tentu bukan yang pertama kalinya untuk Kyuhyun, dia memang sudah jadi langganan sebagai peserta olimpiade matematika.

“Riri~ya, antar aku ke toilet,” ajak seseorang tiba-tiba. Tak salah lagi, itu Yuri. Selain dengan Kyuhyun, mungkin aku hanya akrab dengan Yuri dikelas ini.

“ah, ne!” kataku lalu beranjak dari kursiku.

Toiletnya terletak diujung koridor ini. Aku berjalan pelan beriringan dengan Yuri. “Riri~ya, Kyuhyun itu sangat pintar ya?” tanya Yuri tiba-tiba. Walaupun Sayuri cukup dekat denganku, tapi dia tak terlalu dekat dengan Kyuhyun.

“kalau menurutku sih iya. Dia hampir menguasai semua pelajaran, apalagi matematika. Tapi dia tak begitu bagus dalam berolahraga,” jelasku. Sementara Yuri hanya mengangguk kecil. “jangan lama-lama yah,” kataku saat sampai didepan pintu toilet.

“ne.”

xXXXx

Kulirik lagi jam tangan dipergelangan tangan kiriku. Sudah dari 20 menit yang lalu kelas bubar, tapi sampai saat ini Kyuhyun belum menemuiku juga. Sebenarnya dia niat untuk bicara denganku tidak sih? Kalau memang tak bisa, seharusnya dia bilang padaku. Bukannya membuatku menunggu seperti ini.

“Riri~ya,” panggil seseorang dari arah belakang. Ah, si evil rupanya. “mianhae. Pasti kau lama menunggu,” ucapnya tulus meminta maaf. “tadi Lee Jinki songsaenim malah menahanku untuk mentraktirnya makan ayam. Cih, mana mau aku. Lebih baik aku gunakan ke game centre uang jajanku. Daripada mentraktir Guru ayam itu!” jelasnya panjang lebar. Aku tertawa kecil mendengar keluhannya itu.

“ne. Aku mengerti Kyu,” kataku diselingi tawa kecil dari bibirku. “memang kau mau bicara apa denganku? Kau kan sedang sibuk dengan olimpiademu itu. Apa masih sempat bertemu denganku?” tanyaku ragu.

“jangan seperti itu Riri~ya, kau kan sahabatku. Sesibuk apapun aku, aku kan selalu ada kalau untukmu.” Ia menunjukkan evil smirknya. Sejauh ini dia memang hanya menganggapku sebagai sahabat. Tak apalah, setidaknya aku masih bisa berada sedekat ini dengannya karena aku sahabatnya. “Riri~ya, ikut aku! Jangan berbicara disini, tak enak,” ajaknya. Ia menarik tanganku pelan.

“emm?” gumamku. aku hanya mengikuti kemana langkahnya membawaku. Genggaman tangannya begitu hangat rasanya. Andaikan dia melakukan ini saat menjadi namjachinguku, mungkin aku akan lebih bahagia daripada ini.

Langkahnya pun terhenti didepan sebuah coffee shop, ini tempat langganan kami. Kami juga pernah kerja paruh waktu disini sebelumnya, makanya kami kenal dengan pemilik coffee shop ini. Biasanya aku selalu menghabiskan waktu dengannya disini. Mendengar ocehan-ocehan tak jelasnya tentang game, ataupun sekedar mengamatinya yang serius dengan PSP kesayangannya.

“kajja,” ia menarikku memasuki coffee shop. Beberapa pelayan menyambut kami dengan senyuman mereka. Seperti biasa, Kyuhyun akan membawaku ke maja yang berada di sudut ruangan. Katanya sih disitu tempat paling bagus untuk bermain game, tak akan ada yang mengganggunya.

“permisi,” tiba-tiba seorang namja tampan menghampiri kami. “seperti biasa?” tanyanya. Ah Yesung oppa rupanya, ia pemilik coffee shop ini.

“hyung, sudah lama kita tak bertemu!” kata Kyuhyun antusias. Kyuhyun sangat kagum padanya, masih muda tapi sudah sukses menjalankan usahanya. “kemana saja? Kami jarang melihat hyung akhir-akhir ini,” tanya Kyuhyun. Sementara aku hanya mengangguk meng‘iya’kan perkataan Kyuhyun.

“ah, aku sedang sibuk dengan cabang baru,” katanya. “otthoke? Seperti biasa?” kami hanya mengangguk. “ya sudah, aku tak akan mengganggu kalian,” katanya dan segera berlalu dari hadapan kami.

“Riri~ya,” panggil Kyuhyun. Aku hanya menatapnya. “kau masih ingat dengan temanku yang kemarin kan?” tanyanya. Aku mengangguk mantap. “Hyukjae hyung menyukaimu! Dia mencintaimu!” katanya lagi.

“mwo? Jinjjayo?” pekikku. Kata-kata terakhirnya tadi sukses membuatku jantungan. ‘masa sih?’ hanya itu yang ada dipikiranku sekarang ini. “jangan membuat lelucon Cho Kyuhyun!” kataku gemas. Berhubung dia ini evil, aku sedikit tak mempercayainya.

“aku tidak sedang bercanda Ahn Riri!” katanya tegas. “dia memintaku mendekatkannya denganmu!” sambungnya.

“shireo! Aku tak suka padanya! Masa sih dia bisa menyimpulkan perasaannya secepat itu?” aku tak suka dengan namja cassanova itu! “lagipula kita kan baru bertemu sekali,” tambahku lagi.

“dia bilang sih, cinta pandangan pertama,” jawabnya. “lagipula aku juga khawatir denganmu Riri~ya!” Dia, si evil khawatir denganku? “selama ini aku tak pernah melihatmu dekat dengan namja selain aku. Aku benar-benar khawatir,” katanya lagi. Cih, masa begitu?

“kenapa bicara seperti itu? Aku juga tak pernah melihatmu dekat dengan yeoja selain aku!” balasku tak mau kalah. Enak saja dia mau menjodoh-jodohkanku dengan namja lain. Aku mencintainya, bukan namja lain!

“kalau aku, kau tak perlu khawatir!” katanya penuh percaya diri. Apa dia sudah punya yeojachingu? Tapi dia tak pernah bilang sebelumnya padaku.

“kau punya yeojachingu?” tanyaku ragu. Ia menggeleng pelan. Syukurlah, tapi kalau bukan yeojachingu apa dong? “kau sedang naksir seseorang yah?”

“maybe,” jawabnya pendek. Kalau ditanyakan soal perasaanku saat ini, shock mungkin iya. “ayolah Riri~ya, Hyukjae hyung orang yang baik kok!” katanya berusaha meyakinkanku.

Omona, aku harus bagaimana? Aku hanya mencintainya. Tapi sepertinya dia sangat khawatir denganku. Apa aku harus mengikuti sarannya? Agar dia tidak begitu khawatir padaku. “terserah padamu sajalah!” kataku akhirnya.

“nah, itu baru sahabatku yang paling cantik, paling baik! Mungkin aku akan mendekatkanmu dengannya dulu,” katanya senang. Terserah dia sajalah! Omona, aku harus mengorbankan perasaanku begini. Riri paboya!

xXXXx

Sudah hampir satu bulan aku resmi menjadi yeojachingu seorang Lee Hyukjae. Entahlah bagaimana perasaanku terhadapnya, rasanya aku mulai nyaman dengan perhatian dan kasih sayangnya. Tapi sejauh ini yang kuketahui ini bukanlah cinta. Aku belum benar-benar bisa melupakan Cho Kyuhyun, si maniak game yang jago matematika.

“Riri~ya,” panggil namja jangkung yang sibuk dengan PSP hitam ditangannya.

“waeyo Cho Kyuhyun?” tanyaku setengah hati. Saat ini aku sedang berjalan pulang bersamanya. Aku masih sering pulang bersamanya, walaupun sekarang statusku sudah jadi yeojachingu orang. Toh Hyukjae oppa tak pernah marah, malah dia bilang lebih merasa tenang kalau aku bersama Kyuhyun.

“aku suka dengan Yuri, sudah hampir beberapa bulan ini dia selalu menghantui pikiranku!” celetuknya. DEG! Omo, perasaan apa ini? Sumpah demi apapun, rasanya sekarang jantungku hampir mau copot. Sakit, benar-benar sakit.

“mwo?” pekikku. Seseorang, tolong lempar aku ke pluto sekarang juga! Agar aku dapat meratapi nasib sepuasnya jauh dari Kyuhyun. “jin..jja..yo..?” tanyaku terbata.

“he’em,” dia mengangguk yakin. Cho Kyuhyun, taukah kau ada yeoja yang selalu mencintaimu beberapa tahun belakangan ini? Yeoja yang selalu berusaha ada untukmu disaat apapun itu. “awalnya aku ragu. Tapi aku sekarang yakin, aku memang benar-benar mencintainya,” katanya semangat.

“dia memang pantas untukmu Kyu!” kataku getir. “dia manis, lembut, periang dan tak pernah membosankan.” Tidak seperti aku yang aneh, dan suka bertindak ceroboh.

“saranghae!” teriak Kyuhyun sambil memutar-mutar tubuhku. Aku yakin, kini semua orang yang melihatku dan Kyuhyun pasti mengira kalau kami sepasang kekasih. Aku ingin menjadi yeojachingumu sesungguhnya Cho Kyuhyun!

“Kyu, hentikan! Kau memalukan!” kataku setengah berbisik. Dia hanya tersenyum kecil dan berlari meninggalkanku. Aish, apa sih maunya. Lebih baik aku mengejarnya.

Aku akan selalu berusaha tegar untukmu Kyu! Dan selalu berdoa agar menjadi takdir hidupmu.

xXXXx

Aku berjalan pelan keluar dari halaman sekolah. Tak seperti biasanya, kini aku berjalan sendiri. Tanpa ada namja jangkung itu disisiku. Aku mengerti, mungkin dia sedang berusaha pendekatan dengan Yuri. Tapi, hati ini sungguh tak rela.

“Hyukjae oppa, mianhae,” lirihku. Aku memang belum bisa mencintainya sepenuh hatiku, karena cintaku pada Kyuhyun lebih besar. Padahal ku tau cinta ini tak akan pernah terbalaskan. Tak terasa buliran-buliran bening jatuh dari sudut mataku.

“ini memang salahku, kenapa aku bisa menyukai sahabatku sendiri? Riri paboya!” runtukku pada diriku sendiri. Kulangkahkan kakiku tak tentu arah, biarkan sajalah kemanapun akan membawaku pergi.

“Handel & Gretel,” aku mengeja tulisan di sebuah coffee shop. Ya, ini memang coffee shop Yesung oppa. Aku berjalan masuk ke dalamnya. Seperti biasa, pelayan disini sudah hafal apa yang aku pesan. Namun kali ini beda, aku tak akan memesan 2 porsi untukku dan Kyuhyun seperti biasa.

“anyeong Riri~ya, tumben sekali datang sendiri?” tanya seseorang tak lama setelah pelayan mengantarkan pesanan. Dan seperti biasanya Yesung oppa akan menghampiriku dan Kyuhyun kalau tidak sedang sibuk.

“anyeong oppa,” aku tersenyum tulus. Walau pun memang agak berat rasanya menarik simpul-simpul senyumku saat perasaanku tak enak begini. “Kyu sedang sibuk akhir-akhir ini. Entahlah apa yang di sibukkannya.”

“apa aku boleh duduk disini?” tanyanya. Aku mengangguk kecil. “sepertinya kau sedang ada masalah,” katanya mulai menebak-nebak. Aku tak mungkin kan bicara padanya, aku malu sekali.

Aku menghembuskan nafas berat. “mau cerita?” tawarnya. Entahlah, aku harus bagaimana sekarang. Aku ingin berbagi beban ini, tapi tak bisa.

“mianhae oppa,” kataku berat. Namun  ia hanya tersenyum. Aku tak tau apa yang sedang dipikirkannya sekarang. Argh, I’m so confused!

“aku mengerti,” katanya lagi-lagi tersenyum. “sepertinya sekarang kau butuh sendiri. Aku akan meninggalkanmu. Anyeong,” katanya segera berlalu dari hadapanku.

Kuraih ponselku yang kuletakkan di meja. Wallpapernya menarik perhatianku. Foto selca ku dan Hyukjae oppa yang diambil seminggu lalu terpamapang disana. Sebenarnya aku malas menggunakan foto itu, tapi Hyukjae oppa memaksaku untuk menggunakannya sebagai wallpaper. Aku hanya bisa pasrah.

“Sorry Sorry Sorry Sorry,” tiba-tiba ponselku berdering. Satu pesan masuk dari Hyuk Jae oppa. Ku baca pesan darinya.

From   : Hyukkie oppa
Chagi~ya, kau dimana? Aku ingin bertemu. Ku jemput ya?

Uhh, mood ku sedang buruk begini kenapa dia malah mengajak bertemu sih? Argh, aku benar-benar pusing. Masa aku harus menolaknya? Beberapa hari yang lalu aku sudah menolak ajakan menonton dengan alasan harus pergi ke tempat kursus, kemarin aku juga sudah menolak ajakan jalan-jalan ke taman hiburan dengan alasan belajar untuk ulangan. Sekarang aku harus bagaimana?

Kutekan tombol reply di ponselku.

To        : Hyukkie oppa
Aku sedang di Handel & Gretel. Kau ke sini saja oppa!

Kutekan tombol send. Dan beres. Bagaimana pun aku ini yeojachingunya. Tidak seharusnya aku membuatnya bingung dengan sikapku yang selalu menolak ajakan kencannya.

Aku terlarut dalam lamunanku hingga aku sadar ada seorang namja yang duduk di depanku. “oppa? Sejak kapan kau di sini?” tanyaku gelagapan. Ia hanya tersenyum memperlihatkan gummy smilenya.

“belum lama ko. Baru beberapa menit yang lalu,” ia mengacak rambutku pelan. “sepertinya kau sedang asyik melamun tadi. Makanya aku tak mau mengganggumu,” lagi-lagi dia tersenyum. Harus kuakui, aku suka dengan gummy smilenya. Dia terlihat lucu.

“mianhae oppa. Aku hanya sedikit lelah,” kataku lemas. Sepertinya mukaku benar-benar kusut saat ini. Aku tak mungkin cerita yang sebenarnya pada Hyukjae oppa kan?

“gwencana?” sepertinya ia khawatir. “aku antar pulang yah?”

“ah, gwencana oppa. Aku hanya sedikit lelah dengan aktifitasku akhir-akhir ini,” dustaku. Mianhae Hyukjae oppa. Tapi kau memang tak boleh tau.

“sabarlah chagi~ya. Kau kan sudah kelas 3. Jadi wajar dengan pola belajar yang semakin menggila,” katanya bijak. “lebih baik sekarang kita refreshing dulu. Kajja!” ajaknya bersemangat. Ia menarik tanganku untuk segera bangun dari dudukku.

xXXXx

Kuhempaskan tubuhku pada kasur berbalut sprei biru dikamarku. Kupandang langit-langit kosong kamarku.  Lelah, itu yang kurasakan saat ini. Tapi cukup menyenangkan juga menghabiskan waktu dengan Hyukjae oppa.

“apa aku sudah mulai bisa menerimanya?” tanyaku pada diriku sendiri. Pertanyaan konyol yang aku sendiri tak tau jawabannya. Sepertinya aku memang harus mulai membuka hatiku untuknya.

“Riri~ya,” tiba-tiba seseorang menghempaskan tubuhnya di kasurku. Aku segera melirik ke sampingku.

“yak, sedang apa kau dikamarku Cho Kyuhyun?” pekikku saat melihat seorang namja yang masih mengenakan seragamnya berbaring di kasurku.

“aku sedang main lah. Tadi Qiannie eomma yang menyuruhku ke kamarmu. Katanya kau baru pulang yah? Dari mana?” cerocosnya. Ish, dasar namja setan! Bisa-bisanya dia sudah berbaring dengan nyaman dikasurku.

“pergi jalan-jalan dengan namjachinguku,” kataku dengan penekanan pada kata ‘namjachingu’. Mungkin dia kesini mau pamer habis jalan-jalan dengan Yuri nya itu. Cih, ada apa denganku? Apa aku cemburu?

“mmm, kamarmu rapi juga yah,” ia berjalan mengelilingi kamarku. “selama ini kau pelit sekali sih. Kau tak pernah mengijinkanku masuk kekamarmu. Tadinya kupikir kamarmu itu seperti kapal pecah.” Aish, dasar bocah setan seenaknya saja kau!

“eh,” katanya tiba-tiba. Aku segera menoleh ke arahnya. Saat ini ia sedang berdiri didepan meja belajarku. “kau memajang ini semua?” tanyanya tak percaya. Aku mengangguk kecil. Ia masih betah melihat foto-fotoku dengannya yang ku pajang dimeja belajarku.

Dari foto-foto yang diambil tiga tahun yang lalu hingga foto yang baru-baru ini diambil terpajang rapi disana. Tak ada yang berbeda dari kami selama tiga tahun ini. Hanya satu yang berbeda, mungkin tiga tahun yang lalu aku belum menyadari perasaanku padanya.

“ada yang aneh.” Ia terlihat mengerutkan dahi. “ko aku tak melihat foto Hyukjae hyung disini ya?” Aduh, aku harus jawab apa? Masa aku jawab ‘aku kan tidak suka padanya, aku hanya suka padamu!’? aich, ini gila.

“aku belum sempat mencetak foto-fotoku dengan Hyukkie oppa,” aku berusaha mencari alasan yang logis. “aku menggunakannya di wallpaper ponselku ko,” aku menyodorkan ponselku. Ia hanya mengangguk-angguk. Sepertinya dia percaya penjelasanku.

“Riri~ya, aku sedang bahagia hari ini,” lagi-lagi dia menghempaskan tubuhnya di kasurku. Suka-suka dia sajalah. Aku mengambil posisi duduk di kursi belajarku. Entah kenapa perasaanku tak enak begini.  “akhirnya aku resmi menjadi namjachingu seorang Sayuri,” katanya bangga. DEG! Lagi-lagi rasa ini muncul. Sakit, benar-benar sakit. Bahkan kali ini lebih sakit.

Haruskah aku benar-benar pergi ke pluto untuk meratapi sendiri nasibku ini? Aku benar-benar lelah dengan semua ini. Apakah kau memang bukan takdirku Cho Kyuhyun? Apa kita memang harus hanya sebatas ini? Apa kita tak bisa lebih?

“chukkae!” kataku getir. Bibirku bergetar, rasanya pertahananku akan runtuh saat ini. Aku harus kuat, setidaknya didepan Kyuhyun aku harus kuat!

“gomawo. Kau memang sahabatku yang paling baik,” ia memeluk tubuhku pelan. “Riri~ya, gwencana? Tubuhmu panas? Apa kau sakit?” tanyanya panik.

Aku hanya menampakan senyum disudut bibirku. “gwencana Kyu. Aku hanya sedikit tidak enak badan, mungkin aku terlalu lelah tadi.” Semoga dia tidak terlalu khawatir mendengar perkataanku.

“yasudah, kau istirahat! Aku pulang dulu. Anyeong,” pamitnya. Aku hanya tersenyum miris menatap punggungnya yang semakin jauh dari pandangan mataku. Dan akhirnya ia menghilang dibalik pintu.

xXXXx

“Qianie eomma, aku titip ini untuk Riri ya,” Kyuhyun menyerahkan sekeranjang buah-buahan pada eomma. Tapi aku hanya diam disini, dikamarku. Aku memang sengaja menyuruh eomma untuk mengatakan pada mereka kalau aku sedang tidur dan tidak bisa diganggu.

Ya, sudah dua hari ini aku tidak masuk sekolah. Sakit, sakit hati ini malah menyebabkan fisikku juga sakit. Aku masih memandangi mereka dari balik jendela. Cho Kyuhyun, Sayuri, dan Lee Hyukjae oppa. Mungkin mereka khawatir padaku.

“permisi eomma, kami harus pulang sekarang. Anyeong,” ucap Kyuhyun. Ketiga manusia itu terlihat sudah menjauh dari kediamanku.

Aku berjalan gontai menuju tempat tidurku. Aku memang kekanakkan, sakit hati begini malah membuatku menjadi sakit juga. Seperti anak kecil.

“kau melihatnya kan? Mereka itu peduli padamu. Kenapa kau tak mau keluar?” kata eomma yang tiba-tiba masuk kamarku seolah-olah tau kalau aku melihat mereka dari sini. “apa kau sedang ada masalah dengan Kyuhyun? Biasanya kan kalian langsung berbaikan kalau pun ada masalah,” eomma membelai rambutku pelan.

“annio, kami baik-baik saja eomma. Aku hanya lelah dan ingin sendiri,” sanggahku.

“kau sudah besar! Kalau pun memang kau punya masalah, kau pasti bisa mengatasinya sendiri dengan baik!” eomma berjalan perlahan menjauh dari kamarku.

Tersisa aku sendiri di sini. Merenungi perkataan eomma. Aku memang tidak seharusnya begini. Itu pilihan Kyu, dan sebagai sahabat harusnya aku mendukung. “terima kasih eomma,” gumamku.

xXXXx

Aku berjalan santai menyusuri lorong panjang menuju kelasku. Dua hari tidak masuk sekolah saja rasanya sudah sangat rindu kelasku yang ribut. “Riri~ya, kau itu kuat!” semangatku pada diri sendiri.

“ya, paboya!” teriak seseorang dari arah belakang. Aku menoleh sebentar. Namja itu rupanya. “kau ini membuatku khawatir saja sih,” katanya sambil mengacak-acak rambutku.

“mianhae,” aku tersenyum kecil. ‘Riri~ya, kau harus bersikap biasa saja!’ sugestiku pada diriku sendiri. “kau jangan dekat-dekat denganku, nanti Yuri salah paham lagi.” Aku berusaha mengusir Kyuhyun yang merangkulkan tangannya di bahuku.

“Hyukjae hyung saja biasa saja aku seperti ini didepannya,” timpal Kyu tak mau kalah.

Aish, paboya namja! “Yuri itu yeoja. Hatinya lebih sensitif!” bentakku pada Kyuhyun. Namun namja gila itu masih saja berjalan dengan merangkul bahuku. Cih, terserah dia sajalah. Toh aku sudah mengingatkan.

“hei,”sapa Yuri riang saat kami hampir mencapai pintu kelas. Aku segera melepaskan rangkulan namja gila itu. Anehnya Yuri hanya tertawa. Cih, orang aneh lagi saja ini. “biasa saja Ri. Toh kamu kan sahabatnya Kyu, kamu juga lebih kenal Kyu dari pada aku. Tak usah terlalu begitu. Aku mengerti ko,” katanya diakhiri senyum innocentnya.

Aku hanya tersenyum. Mungkin saat ini senyumku terlihat aneh. “mmm, chukkae!” aku mengulurkan tangan pada Yuri. Lagi-lagi ia tersenyum saat menyambut tanganku.

“ayo masuk. Sebentar lagi si ayam datang.” Dasar namja setan, kau tak sopan sekali sih! Yang dimaksud Kyu adalah Lee Jinki songsaenim.

xXXXx

Bel pulang sudah berbunyi sejak beberapa menit yang lalu. Tapi aku masih enggan beranjak dari bangkuku. “yak, cepat pulang! Kenapa masih diam disini?” teriak Kyu tepat ditelingaku. Benar-benar namja setan. Kadang aku bingung, kenapa aku bisa jatuh cinta pada namja seperti dia. “kajja!” ia menarik lenganku.

“Kyu,” panggilku membuatnya berhenti menarik tanganku. Ia menatapku seolah tatapannya mengatakan ‘waeyo?’ “aku tak mungkin keluar dengan keadaan seperti ini,” aku menunjukkan noda merah dibagian belakang rok seragamku.

“kenapa tak bilang dari tadi sih?” Kyuhyun melepaskan sweeter yang sedang dipakainya menutupi noda ini. “biar kuantar sampai ke rumah ya.” Dia menarik tanganku lagi.

“Yuri eotthokke? Dia tak pulang bersamamu?” tanyaku ragu. Aku tak enak dengan Yuri, sepertinya aku terlalu dekat dengan Kyuhyun. Aku tak mau menyakiti hati orang lain. Cukup aku saja yang sakit.

“dia sudah pulang dari tadi. Dijemput katanya,” jawab Kyu santai.

Kami hanya larut dalam diam selama melangkahkan kaki menuju gerbang sekolah. Namja disebelahku ini hanya bersenandung kecil ditemani earphone hitam dikedua telinganya. Memang cukup memakan waktu menuju ke gerbang sekolah dari kelas kami di lantai empat ini.

Tiba-tiba Kyuhyun memakaikan sebelah earphone nya ditelingaku. Aku menoleh ke arahnya. “dengarkan! Lagu ini bagus,” katanya tanpa memandangku. Lagi, tangannya merangkul pundakku lembut. Aku hanya diam dengan perlakuannya itu.



Chilnyeoneul mannatjyo
Amudo uriga ireoke
Swipge ibyeolhal jureun mollatjyo
Geuraedo urineun heeojyeo beoryeotjyo
Gin sigan ssahawatdeon gieogeul namginchae

Urin eojjeom neomu eorinnaie
Seororeul manna gidaenneunji molla
Byeonhaeganeun uri moseupdeureul
Gamdanghagi eoryeowonneunjido

Ibyeolhamyeon apeudago hadeonde
Geureongeotdo neukkilsuga eobseotjyo
Geujeo geunyang geureongabwa hamyeo damdamhaenneunde

Ureotjyo uuu sigani gamyeonseo naegejun
Aswiume geuriume naetteutgwaneun dareun
Naui mameul bomyeonseo
Cheoeumen chinguro daeumeneun yeoninsairo
Heeojimyeon gakkaseuro chingusairaneun
Geu mal jeongmal matneunde

Geu huro samnyeoneul bonaeneun donganedo
Gakkeumssik seoroege yeollageul haesseotjyo
Dareun han sarameul manna ttodasi
Saranghage doeeosseumyeonseodo nan
Seulpeulttaemyeon hangsang jeonhwalgeoreo
Sorieobsi nunmulman heulligo

Neodo joheun saram mannaya doenda
Maeumedo eomneun mareul hamyeonseo
Ajik nareul johahana gwaenhi dollyeo malhaetjyo

Arayo uuu seoro gajang sunsuhaesseotdeon
Geuttae geureon sarang dasi hal su eopdaneun geol
Chueogeuro nameulppun
Gakkeumssik chageun geuael neukkilttaedo isseoyo
Hajiman ijeneun amugeotdo yoguhal su
Eopdaneun geol jal aljyo

Na ije gyeolhonhae geu aeui maldeutgo
Hanchameul amumaldo hal suga eobseotjyo
Geurigo ureotjyo geu ae majimak mal
Saranghae deutgosipdeon geu hanmadi ttaemune...



Tak terasa buliran bening jatuh dari sudut mataku. “7 years of love,” gumamku. “johae. Nyanyikanlah untukku Kyu. Aku ingin dengar kau menyanyikan lagu ini!” kataku tulus. Aku merindukan suara emasmu Kyu. Beberapa waktu yang lalu kau masih sering menyanyikan beberapa lagu untukku. Tapi sekarang mungkin sudah lain ceritanya. Aku sudah punya Hyukjae oppa, dan kau sudah punya Sayuri.

“shireo!” katanya santai. Ish, menyabalkan! Aku bersungut-sungut sebal. “aku hanya bercanda Riri~ya.” Ia mencubit pipiku pelan. Omona, mengapa selalu begini? Kau membuatku susah melepaskanmu!

Aku mendengarkan dengan seksama setiap kata yang terucap dari bibir Kyu. Setiap nada dari pita suaranya membuat hatiku tenang. Alunan merdu suaranya yang selalu membuatku teringat dirinya.

Saranghaeyo Cho Kyuhyun! Walau kau bukan milikku, aku akan selalu tulus mencintaimu.

xXXXx

Kulangkahkan kakiku di tempat yang sama seperti beberapa bulan yang lalu. Tempat pertama kali aku bertemu seorang Lee Hyukjae. Namja yang bahkan sudah hampir 3 bulan ini menjadi namjachinguku, walau sampai detik ini aku belum bisa mencintainya sepenuh hatiku.

Aku tak bisa menyakitinya terus seperti ini. aku harus mulai belajar mencintainya dengan tulus. Bagaimana pun terlalu jahat kalau aku hanya memikirkan perasaanku sendiri, aku juga harus memikirkan perasaan Hyukjae oppa kalau tau yeojachingunya mencintai orang lain.

Berdiri disini rasanya seperti kembali melihat senyum manis seorang Lee Hyukjae. Bukan, bukan senyum manis, lebih tepatnya gummy smile yang terlihat lucu. Semua memori indah saat bersamanya berputar-putar dipikiranku. Tingkahnya yang selalu sukses membuatku tertawa, perhatiannya yang membuatku nyaman. Aku harus menemukan rasa cinta untuknya.

Kulangkahkan lagi kaki ini, menuju tempat yang paling cocok untuk menenangkan diri. ‘Handel & Gretel’. Aku rindu datang kesini bersama Kyuhyun. Dia sudah tak ada waktu lagi untuk bermain game disini. Bahkan sekarang aku lebih sering menghabiskan waktuku dengan Hyukjae oppa.

“anyeong Riri~ya,” seorang namja berpakainan rapi menghampiriku. Itu adalah Yesung oppa tentunya. “tumben belum pesan. Ini kubawakan yang biasa untukmu,” ia menyodorkan seperti pesananku biasanya. “gratis untukmu! Hitung-hitung aku traktir,” katanya diakhiri senyum manisnya.

“gomawo oppa.” Aku mencoba tersenyum di depannya, tapi tak bisa. Mungkin sekarang senyumku terlihat aneh. “oppa duduklah! Ada yang ingin kutanyakan.”

Tak lama ia segera mengambil posisi duduk menghadapku. “kali ini kau mau cerita?” tanyanya. Aku menggeleng pelan. “ne. Memangnya mau tanya apa?”

“oppa, apakah salah kalau kita menjalin sebuah hubungan dengan orang yang tidak kita cintai?” tanyaku serius.

“waahh, dongsaengku sudah besar yah. Bicaranya sudah cinta-cintaan,” ia mengacak rambutku gemas. “aku baru ingat lho kalau kau itu sudah 17 tahun. Hahaha,” tertawalah sepuasmu oppa!

Sementara aku menggembungkan kedua pipiku. “aku serius oppa!,” decakku tak karuan. “jawab pertanyaanku yang tadi!”

“hahaha. Mianhae, Riri~ya,” ia masih saja tertawa. Huh, menyebalkan. “salah atau tidak ya?” ia seperti bertanya pada diri sendiri tapi kali ini serius. “kalau menurutku sih salah. Itu berarti kau sudah membohonginya. Dan cinta sepihak seperti itu biasanya tak akan bertahan lama,” jelasnya. Aku hanya manggut-manggut saja. “any question?” katanya lagi. Wah, sok Inggris dia.

“oppa, mianhae sebelumnya. Aku mau tanya, apa kau pernah patah hati?” tanyaku ragu. Apa pertanyaanku tidak terlalu private yah? Mianhae oppa, jeongmal mianhae. Aku memang dongsaeng yang tak tau malu.

“emmm, patah hati yah?” ia terlihat seperti sedang berpikir. “tentu saja aku pernah patah hati. Di tolak pun sering,” katanya sambil tertawa. “eh, waeyo kau bertanya soal itu? Kau sedang patah hati?” tanyanya hati-hati.

Aku bingung mau bicara apa dengan Yesung oppa. Kalau aku ceritakan semuanya aku malu sekali. Argh, I’m so confused. “ne, oppa,” lirihku pelan. Tapi kuyakin sampai ke telinga Yesung oppa.

“pantas kau uring-uringan terus,” gumamnya. “Riri dengarkan aku!” kata Yesung oppa tegas. “lupakan dia! Jangan mempersulit dirimu seperti ini. perlu kau ingat, kalau pun dia memang takdirmu, kalian pasti akan dipersatukan suatu saat nanti,” ia berhenti sejenak. “biarkanlah mengalir seperti air. Kau akan temukan yang terbaik untukmu!”

Aku terdiam mendengar perkataan Yesung oppa. Memang benar, aku hanya mempersulit keadaan kalau terus-terusan begini. Aku ini kuat. Aku bisa mengahadapi ini semua dengan baik. Aku akan kembali menjadi Riri yang ceria dan tak uring-uringan lagi.

“gomawo oppa. Kau memang oppaku yang paling baik.” Aku berusaha tersenyum, dan kali ini senyumku bukan senyuman aneh lagi. Senyuman tulus kini terukir dibibirku.

“cheonmaneyo dongsaengku yang cantik!” ia mengacak rambutku pelan. “aku tinggal dulu yahh,” katanya sebelum berlalu dari hadapanku.

Aku beruntung, sungguh sangat beruntung bisa mengenal Yesung oppa. Orang yang sudah kuanggap seperti oppaku sendiri.

“sorry sorry sorry sorry,” ponselku berdering pertanda pesan masuk. Ah, dari Hyukjae oppa rupanya. Aku hanya tersenyum melihat pesan darinya.

xXXXx

“yakk, cepat sedikit Riri~ya! Udaranya semakin dingin!” teriak namja jangkung yang berdiri beberapa langkah didepanku. Ia mengeratkan mentelnya menutupi seragam sekolahnya. Sementara aku masih berlenganggang pelan kearahnya.

“sabar sedikit Cho Kyuhyun! Kau ini cerewet sekali sih!” aku terkekeh pelan. Lama-lama dia seperti ahjumma-ahjumma cerewet. Kini ia menarik tanganku agar aku mengikuti ritme langkahnya.

“udaranya semakin dingin. Aku tak mau kau sakit lagi,” katanya tanpa menoleh ke arahku. Cho Kyuhyun, tolong jangan begini terus! Aku sedang berusaha melupakanmu. Tolong jangan buat aku semakin susah melepasmu!

“eh,” kataku spontan. Aku melihat seorang namja yang begitu familiar dimemoriku memeluk seorang yeoja berambut panjang tepat di seberang tempatku berdiri.

Kyuhyun segera menoleh ke arah yang sama denganku. “ah, namja itu,” desahnya. “shit! Aku harus menghajarnya!” geramnya. Aku segera menahannya agar tidak menghampiri mereka. “jangan menghalangiku!” bentaknya.

“jangan Kyu! Kumohon!” aku menarik tangannya lagi.

Ia menatapku tajam. “waeyo? Dia itu benar-benar kurang ajar!” Kyuhyun menunjuk namja itu.

“itu sudah bukan urusanku lagi. Hyukkie oppa sudah memutuskanku kemarin,” lirihku. Tak kusangka, ternyata ia memutuskanku lewat SMS karena yeoja yang sedang bersamanya sekarang. Kenapa hatiku sakit? Aku kan tak benar-benar mencintainya.

Nafasku terasa sesak. Kenapa? Apa yang terjadi denganku? Wajahku terasa memanas, dan buliran-buliran bening mulai berjatuhan dari sudut mataku. Mungkin ada yang salah dengan diriku. Mengapa aku menangisi namja bodoh itu?

Tiba-tiba Kyuhyun menarikku dalam pelukannya. “mianhae, Riri~ya. Mianhae!” ia memelukku semakin erat. Dan tangisku semakin pecah. Entah apa yang aku tangisi. “mian aku tak bisa menjagamu! Aku malah mengenalkanmu dengan namja kurang ajar itu,” sesalnya.

Aku melepaskan pelukannya. Udara sepertinya semakin dingin, dan bodohnya aku lupa memakai mantel. Tiba-tiba kepalaku terasa pusing. “Riri~ya, hidungmu!” panik Kyu. Ia mengusapkan sapu tangannya dibawah hidungku. “kau mimisan,” katanya lagi.

Tubuhku rasanya sudah tak dapat menopang berat badanku lagi. Kurasa aku akan segera jatuh ke tanah sekarang juga, namun sepersekian detik kemudian Kyuhyun segera menangkapku yang benar-benar akan jatuh.

“Kyu, dingin,” lirihku. Ia segera memakaikan mantelnya padaku. “jangan, nanti kau kedinginan!” aku mencegahnya. Tapi ia tak mendengarkanku.

“kita pulang sekarang! Kajja!” Kyuhyun memapahku pelan.

Aku benar-benar bingung. Kenapa begini? Sebenarnya ada apa dengan perasaanku? Argh, ini semua karena aku yang plin-plan. Aku tak bisa melupakan Kyuhyun, tapi aku juga ingin mempertahankan hubunganku dengan Hyukjae oppa. Aku memang bodoh. Riri paboya!

xXXXx

Hari ini aku tak  masuk sekolah lagi. Uh, seharusnya aku mendengarkan Kyu kemarin. Mungkin aku tak akan sakit begini. Demamku pun sepertinya baru turun. “Riri~ya, teman-temanmu datang menjenguk,” eomma berteriak dari balik pintu kamarku.

“masuk saja,” timpalku. Tak lama eomma masuk dengan dua orang berseragam sekolahku dibelakangnya. “Kyuhyun, Yuri,” ucapku senang.

“eomma tinggal dulu ya. Kalau butuh apa-apa ambil sendiri saja!” pesannya sebelum pergi.

“ne, Qiannie eomma,” jawab Kyuhyun.

Yuri berjalan pelan ke arahku, senyum innocent nya tak pernah lepas diwajah cantiknya. “aku merindukan ocehanmu pabo!” tiba-tiba Kyuhyun memelukku. Kulihat Yuri mundur beberapa langkah dariku. Wajahnya pun berubah, senyumannya menghilang. Dasar paboya namja! Masa dia melakukan ini didepan yeojachingunya. “harusnya kau mendengarkanku waktu itu!”

“yakk, lepaskan aku Cho Kyuhyun! Aku susah bernafas!” pekikku agar dia segera melepaskan pelukannya. Aku tak tega melihat Yuri sedih.

“mian,” katanya sambil cengengesan. Benar-benar babo. Dia punya perasaan tidak sih? cih, sekarang dia malah sibuk dengan PSPnya. Argh, kau ini benar-benar yah Kyuuu.

Aku benar-benar merasa bersalah pada Yuri. Aku ini hanya sahabatnya Kyu, tapi sepertinya ia terbalik memperlakukanku dengan Yuri. Sebenarnya ada apa sih dengan hidupku? Love is complicated.

Aku tak boleh terus berada dekat mereka. Aku tak ingin melukai orang lain, cukup aku saja yang sakit. Sudah kuputuskan, aku akan melanjutkan kuliah di Jepang. Dengan begini aku ada dalam posisi aman. Mungkin aku akan lebih mudah melupakan Kyuhyun dan aku juga tak akan membuat Yuri sedih melihat keakrabanku dengan Kyu.

Riri, itu keputusan yang benar! Hwaiting!

xXXXx

Tak tarasa aku telah menyelesaikan sekolahku disini, tanah kelahiranku Seoul. Keputusanku sudah bulat, aku akan melanjutkan pendidikanku di Jepang. Aku harus pergi untuk mengejar impianku menjadi dokter, dan untuk melepaskan Kyuhyun secara perlahan. Kurasa hal ini lebih efektif. Setidaknya dengan memberi jarak antara aku dan Kyuhyun akan membuatku perlahan-lahan melupakan dia.

Walau aku masih terus berharap untuk menjadi takdirnya, tapi aku tak boleh egois. Aku akan berusaha semampuku dulu. Riri~ya, hwaiting!

“Riri~ya, kenapa kau tinggalkan eomma? Eomma akan sangat merindukanmu!” tangis eomma saat memelukku. Saat ini aku sedang di bandara. Ya, hari ini adalah hari keberangkatanku ke Jepang. Dan dua sahabatku tentunya menemani eommaku melepas kepergianku.

“yak eomma. Aku ini pergi untuk belajar,” aku menghapus air mata yang membasahi pipi eomma. “aku tak akan pergi dalam waktu yang lama. Mungkin lima tahun. Aku akan sering-sering menjengukmu. Eomma kan juga bisa menjengukku ke Jepang,” kataku lagi. Aku memeluk eomma semakin erat.

“Riri~ya, aku iri sekali padamu,” celetuk Yuri. Aku memandangnya penuh tanya. “kenapa kau yang pergi ke Jepang. Padahal aku ingin sekali kembali kesana. Aku rindu bunga sakura,” ia tersenyum.

Tiba-tiba Kyuhyun menarikku ke dalam pelukannya, “paboya, kenapa meninggalkan aku? Apa aku kurang baik padamu? Sahabat macam apa kau?” cercanya masih sambil memelukku. Kulihat senyuman dibibir indah Yuri perlahan menghilang. Ia hanya menampilkan ekspresi datar. Aku segera melepaskan pelukan Kyuhyun.

“kau ini sahabatku yang paling baik Kyu,” aku mencoba tersenyum didepannya. Tapi buliran-buliran bening yang menggantung dipelupuk mataku mulai berjatuhan. “jaga Yuri baik-baik! Jangan seperti Hyukjae oppa!” pesanku. Ia memelukku lagi, tapi kali ini aku biarkan. Air mataku semakin deras. “aku titip eomma ya! Pastikan kau menjaganya dengan baik! Araseo?”

Ia mengangguk. Kulihat matanya mulai berkaca-kaca. “aku janji akan menjaga Yuri dan Qiannie eomma dengan baik. Kau jangan khawatir! Belajarlah dengan benar!” kini ia mulai terisak.

Yuri pun terlihat berkaca-kaca, entahlah karena cemburu atau apa.

xXXXx

5 tahun kemudian...

Aku melangkah pelan menuruni anak tangga  di kampusku. Pikiranku benar-benar kacau. Aku tersenyum getir menatap sebuah undangan bersampul kuning gading ditanganku. Cukup bagiku tujuh tahun mencintai namja bernama Cho Kyuhyun. Takdirku memang bukan bersamanya. “aku harap kau bahagia bersama Yuri, Kyu! Jaga dia baik-baik!” lirihku.

Sudah cukup penantianku selama ini. kyuhyun telah menemukan takdirnya, dan itu bukanlah aku. Sekarang, aku harus menemukan takdirku sendiri. Takdir yang akan indah pada waktunya.

“awww,” rintihku saat seseorang menabrakku. Buku-buku yang kupegang berjatuhan. Aku segera membereskannya. Orang yang menabrakku membantuku merapikan buku-bukuku yang terjatuh. Dan tak sengaja tangan kami bersentuhan.

“emm, sorry. Kau tidak apa-apa kan?” katanya sambil mengembalikan bukuku. Aku masih belum melihat wajahnya karena aku masih menunduk. Saat aku mendongakkan kepalaku, yang kulihat adalah namja tampan yang errr manis.

“neomu kyeopta,” gumamku. mataku tak bisa lepas memandang wajah cutenya. Argh, rasanya aku ingin mencubit pipinya gemas.

“eng, ada yang sakit?” katanya lagi. Aku segera tersadar. Rasanya seperti terhipnotis melihat wajahnya yang polos. Sumpah demi apapun, sepertinya jantungku seperti mau meledak sekarang. What happened with me?

“gwencana,” aku kelepasan menggunakan bahasa Korea.

“emm, anyeong Riri~ssi. Choneun Lee Sungmin imnida,” ia mengulurkan tangannya untuk berjabatan denganku. Ah, ternyata namja ini orang Korea. Eh, tunggu. Dia, tau namaku?

 “anyeong, Sungmin~ssi,” aku menyambut uluran tangannya. “emm, kau tau namaku?” tanyaku canggung.

“tentu, karena aku sudah memperhatikanmu sejak tahun pertama kau disini. Bisa dibilang aku ini secret admirer mu,” jawabnya jujur. Aich, sepertinya saat ini wajahku benar-benar merah seperti kepiting rebus. “Riri neomu yeoppo,” ia menyanyikan sedikit lagu Replay nya SHINee dengan mengubah liriknya. Ah, itu benar-benar manis. “saranghaeyo,” katanya lagi.

ooOOOoo

Kadang takdir tak sesuai dengan apa yang kita harapkan. Tapi percayalah,  bahwa semua akan indah pada waktunya. Karena Tuhan tau yang terbaik untuk kita. Waktu akan menuntunmu pada takdir yang diberikan Tuhan!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Reader yang baik, saya sangat berharap kalian meninggalkan jejak setelah membaca. sepatah dua patah kata sangat bermanfaat membangun semangat saya menulis.. :)